Total Tayangan Halaman

Minggu, 19 Februari 2012

'tetap tersenyum meski sulit menghimpit'

masih basah bumi pertiwi ini oleh guyuran hujan
belum mengering tanah pemakaman dilakukan
masih terlihat sembab kelopak mata
tiba-tiba saja engkau hadir tanpa salah
meminta dengan paksa akan sebuah bukti ketiada beradaannya
untuk dirimu, untuk kepentinganmu, untuk duniamu...

kemana saja engkau selama ini ?
dimana tanggung jawabmu sebagai lelaki ?
engkau tinggalkan anak istri, lalu kawin lagi hingga tiga kali
sungguh aku tiada perduli
sungguh aku benci
walau bukan diriku yang mengalami...

telah engkau tinggalkan mereka sejak lama
telah engkau lepaskan tanggung jawab sebagai seorang ayah
saat surat kematian membuahkan rupiah
engkau datang dihadapanku
engkau meminta tanpa malu
engkau mengajukan ke komandanmu atas santunan duka
sementara kami sebagai keluarga tak pernah memperdulikannya...

kendatipun demikian, aku tiada menghalangi, terserah padamu
wahai engkau yang pernah menjadi pamanku...

kejadian itu membuat bathinku terenyuh
kejadian itu iba ku hadir pada sepupuh-sepupuhku
kejadian itu kan kujadikan cermin bahwa rupiah adalah NOTHINGS
cinta kasih lebih penting

kutengok langit semakin kelam, kududuk dijendela sambil senyum saja
karena aku percaya Sang Maha akan memberikan anugerah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar