Total Tayangan Halaman

Rabu, 29 Februari 2012

'menantimu diujung ranjang'
debur hatiku selalu mengharapkan kehadiranmu
pada bibir ranjang ini aku menunggu
ingin kuluapkan sejuta rasa
rasa cinta yang bergelora didada

sepenggal harapku akan belaimu
akan cumbu yang tiada bertepi
akan hasrat birahi yang tak pernah mati
karena kuingin mereguk manisnya cinta dalam dawai asmara

mari menari sayang
dalam tarian alam kehangatan
dibawah sinar redup lampu kamar
mari berselimut tipis sayang
agar hangat tetap tercipta
dalam panas gelora asmara
mari lepaskan segala yang menempel dibadan
tepiskan bayang kelam
ciptakan alunan merangsang
penuhi gejolak hati dengan birahi
karena cinta tak akan indah tanpa senggama

biar tercipta anyir yang meleleh dari bumi rahim
biar terkuras peluh yang ada dibadan
biar sengal kalahkan gelombang lautan

'ciptakan pesonamu wahai srigalaku'
'jalanMU'


Meski dalam derai air mata yang berhamburan
kutak ingin bicara
kubiarkan tetes demi tetes mengalir
agar terpuaskan apa yang aku rasa
agar terlepas pada apa yang mengikat dijiwa
piluku tiada terperih, karena cinta terkebiri

Tuhan, jangan biarkan hatiku menaruh dendam
siramilah hatiku dengan kasihMU
agar jiwa ini tak rapuh
agar hati ini mampu bersimpuh diharibaanMU

Bila Engkau izinkan
aku ingin Engkau biarkan aku tanpa mengenal cinta
aku ingin Engkau biarkan aku tak mengenalnya
biarkanlah aku sendiri dalam sepiku yang menemani
biarkan aku telanjang tanpa helai benangpun
asalkan selalu dalam pelukMU

Kan aku terima apapun yang menjadi pilihanMU
kan kuterima kendati sakit dan menyiksa
karena aku percaya akan apa yang menjadi putusanMU
adalah yang terbaik dikehidupan keabadian kelak

Kini, kunikmati sepi dengan dada perih....


'tambatan hatiku'

tak ada bulan malam ini
membuat hatiku makin pedih
karena aku tak bisa bercerita pada bulanku
tentang rasaku yang dirundung rindu padamu
tambatan hatiku

tak jua datang sang pelangi kala senja tadi
hanya guyuran hujan yang bergelut mesra pada bumi
disini hatiku merintih teringat padamu tambatan hati

jujur kukatakan sudah lebih sebulan engkau aku kenangkan
derai ini tak mampu aku keluarkan, hanya mengalir kedalam
sesakkan dada, hati meronta

dibasahnya bumi yang habis bercumbu mesra dengan sang hujan
anganku menerawang tentangmu, tentang kita yang sekejap akhirnya sirna
cinta ....., memang sulit diterka
datang dan pergi silij berganti
tetapi kenapa tentangmu aku tak mudah melupakan
tetapi kenapa tentangmu sungguh berbeda dari yang lain
rinduku menjenggal
seruakkan nuansa
desah dan resah
mengertilah tambatan hatiku, kuingin bersamamu

celoteh sang fajar ingin kunikmati kembali, menyapamu
celoteh sang malam ingin kembali kugeluti, menghayal tentangmu
celoteh sang jingga ingin kureguk kembali, bersamamu

'wahai tambatan hatiku, damaiku kan hadir bila ada tegur sapamu'

Selasa, 28 Februari 2012

                                            'Perempuan'

Kesempurnaan yang melekat
maha dahsyat
rona wajah begitu menggoda
payudara yang tiada cela
tabir indah menaunginya

Wahai perempuanku
bunga mawar digenggamanmu
perlambang cinta
cinta beroma anyir 'melanda'
gemuruh detak jantung
lenguh mengungkung
berjatuhan bulir bulir kecil dari pori pori
letupan birahi terlewati

Senyummu menggoda jantung
gaun tipis dari Francis
betapa sempurnanya DIA mencipta
dengan rambut bergelombang
bibir tipis merah menantang

Wahai perempuanku
bulat matamu bagai bola pingpong
binar matamu bagai bintang
jemarimu lentik
akan enak untuk mencubit
cubit mesra dan manja.


Senin, 27 Februari 2012

***** goresan luka*****

sejauh mata memandang
sejauh kesalahan yang telah aku lakukan
ada percikan harap terbersit
kesalahan akan termaafkan

engkau pernah mengisi relung hatiku
begitu dekat, lekat
kini engkau tiada lagi menegurku
semua karena salahku
tapi kutak mau mengakui itu dihadapanmu
karena EGO ku

jerti tangis dihatiku dan derai air mata lebamkan mataku
teriris bak disayat sembilu
masih cinta didada
kasihpun masih ada bertahta
tapi mau dibilang apa ?, karena maaf tak ada

diantara lelaki yang kupunya
padamulah getar-getar asmara itu ada
padamulah kerinduan membuatku tersiksa
cinta dengan dilemanya telah membuatku lemah

wahai engkau yang diseberang lautan sana
namamu indah mengisi relungku
malam ini aku lupa bahwa engkau telah berlalu
ingin kudekap dirimu andai engkau masih menyayangiku.


luka cinta


bisikkanmu memang menggoda
diantara tarian asmara yang kupunya
belaimu memang memukai
hingga telanjangi aku tanpa ragu
rebahku dibibir bambu

desau angin yang menggoda
mebuatku makin lupa
lupa bahwa kita telah 'nista'
lupa bahwa cinta kita telah tertumpah 'anyir' aroma
sesalpun tiada guna

rintihan gairahkan 'rasa'
bergejolak ke titik puncah
peluh berjatuh
lenguh tertumpu pada jiwa yang menyatu
engkau hebat, jinakkanku sesaat

gubuk reot itu mengingatkanku
diatas empang ikan emas
dimana kita menikmati cinta berbisa
kini engkau tiada
meninggalkanku demi si dia

kuibaratkan nasi telah menjadi bubur
karena sawah yang telah engkau tandur
tergusur
terbujur
pada sepi yang mengkebiri

tinggalah kini benih kian membesar
tanpa mampu tergambar
akan jadi apa bila kehadirannya dialam dunia tanpa seorang ayah
sendiri dipasung luka cinta yang tersisa....

'habis'

tuntas sudah tak lagi tersisa
jerat yang menghimpit dada telah putus
gundukan kekesalan telah punah
tersirami rasa indah atas karuniaMU

tak ada niatan mengabaikanMU
diatas luka yang merajahku
dibalik diam tanpa ucapku
Engkau tunjukan jalanku

dan diantara gundukan tanah yang ada
tertulis diatas batu nisan
sebuah nama, namnya, dia yang kucinta
seakan tak percaya tapi itu nyata

pantas saja tak ada lagi deringan telpon darimu
pantas saja tak kubaca email-email darimu
lama aku terpaku lalu kususuri alamatmu
kudapatkan engkau telah terbujur kaku

dua hari aku disini, ditempat yang sunyi
tak ada seorangpun menemani
hanya dinding tembok kamar tempatku bermalam
hanya jendela yang bergerak perlahan oleh tiupan angin

sayang...
ours long distance love
meluluh lantahkan rasaku
merobek jantungku
puing-puing kehancuran berhamburan
pupus sudah harapku
punah sudah impianku
habis, tiada tersisa....

Sabtu, 25 Februari 2012

'tak ingin menangis'


waktu terus berjalan, teruuuus tanpa mampu aku hentikan, rasaku padamu pun demikian, terus bertalu mendendangkan rindu...
tapi kesalahan nampaknya tiada termaafkan hingga aku engkau tinggalkan, kesedihan datang bertandang, melukai hatiku.., merobek dinding hatiku...
memang tiada aku menyalahkanmu, karena ini memang salahku, salahku...
sejujurnya aku tak bisa seperti ini, karena tanpamu hari-hariku menjadi sepi.., merintih pedih...
baru kini kurasakan sakit yang mendalam, baru kini kunikmati kerinduan yang mencekam, inikah yang dinamakan cinta ?, benarkah aku mencintaimu lebih yang aku kira ?, aaaahhhhh ..., mungkin juga iya....


malam makin larut saja ... jendela rumah masih aku buka, dengan satu harapan sang bayu menyampaikan rinduku padamu..., dari kejauhan terdengar teriak anak-anak bermain bola, panggung dangdutpun ada di Brimob Kelapadua. tapi aku enggan kesana karena hatiku tertuju padamu, karena isi otakku hanya mengingat dan terkenang akan dirimu...

 love you.....




Jumat, 24 Februari 2012

'Lukaku, Anugerahku'

Semua jejak tak lagi terlihat, bersih tersapu sang bayu, terguyur hujan, terhempas bersama berjalannya waktu. Kerguan hanya merupakan kegagalan, keyakinan akan membuahkan keuntungan dan keberhasilan, sekecil apapun itu. Sering kita merasa tidak yakin dengan bibit yang kecil, sering kita meresa tak percaya bahwa itu semua akan berubah menjadi besar dan membuahkan seiring waktu, tapi ternyata 'keraguan' kita tak beralasan, sejatinya bibit kecil itu tetap membesar dan membuahkan bahkan sampai beberapa generasi. KehendakNYA seyogyanya usah dipungkiri...

Asam garam telah banyak kita telan manakala usia telah 'senja', manakala problema singgah, bertahta atau sekedar angin lalu saja, inilah yang membuat kita mampu melangkah. Indahnya kehidupan tak layak kita sia-siakan, apa yang telah Allah ciptakan didunia ini adalah untuk kita nikmati dan syukuri aats rahmat yang IA beri.

Ketika domba berbulu, kenapa cacing tidak ?, ketika lelah berlabuh, mengapa kita tak istirahat saja ?, berpulang pada apa yang menjadi suratan bukan ?. Jalinan yang rapuh tanpa landasan kepercayaan akan mudah 'retak', jalinan nan kokoh berlandaskan keimanan, kan menumbuh kembangkan kebahagiaan, karena cintamu kan selaras dengan cintaNYA.

Kegagalanku menyemai dan merawat benih cinta pada lelakiku, tak akan membuatku gentar, karena aku yakin hari esok masih setia menanti, karena aku yakin juga bahwa kebenaran akan berada terdepan. Lambat laun lukisan yang sedang digurat kan jadi jua, tak tahu kapan, tapi kesempurnaan akan sebuah karya seni kan menjadi kebahagiaan tersendiri.

Tak akan aku raih bahagia bila tak pernah kurasakan derita, tak akan aku tertawa terbahak bila diriku tak pernah menderaikan air mata, berpasangan Allah menciptakan apa yang ada didunia...., tengoklah telinga, tangan, kaki juga bibirmu, berpasangan bukan ?. Cerminan diri ada pada alam sekitar, cerminan diri terpancar dari apa yang kita miliki, cerminan diri jadikan kita makin cinta pada Illahi...

Dari dukaku, kusosong bahagiaku dijalanMU, dipetunjukMU, didalam bimbinganMU...
KasihMU mengalir sepanjang waktu....


'sulit bagiku'

Jarak yang membentang diantara kita sesungguhnya bukan persoalan, yang terpenting adalah sebuah kepercayaan akan cinta yang tiada berdusta. Engkau disana dan aku disini merenda hari tanpa sedih, tanpa luapan emosi. Dipenghujung kehidupanku kuingin selalu ada didekatmu, memupuk cinta yang telah ada, merawatnya dan menjadikannya mahligai terindah.

Bila cinta telah bertahta dihati kita berdua, kenapa mesti kita menyangkalnya ?, lepaskan EGO yang menguasa dan membuat kita susah, mari belajar untuk saling membuka diri, mari bersama untuk saling mengisi, agar tiada penyesalan nanti. Segudang harapku akan dirimu, sewindu rasanya tak bertemu, rindu melumuri hatiku.

Masih bersama senja aku bersenda, masih dengan satu kata yang aku bawa didalam hatiku, yaitu 'cinta'...., cinta kepadamu. Tahukah dirimu sayang ?, hatiku serasa sepi tanpamu, hatiku terasa perih oleh rindu ini, hatiku menari-nari bila tegur sapamu menghampiri.

Kuakui aku perempuan jalang, sering bertelanjang diri dihadapan orang, kuakui aku perempuan liar, terus berkata tak senonoh dikerumunan, tetapi aku juga perempuan biasa yang memiliki hati dan cinta, yang tahu akan jati diri sebagai pengabdi pada 'lelakinya', karena aku juga perempuan Indonesia yang harus taat pada adat istiadat juga Agama yang kuanut.

Memang tidak mudah untuk bisa mempercayaiku, memang tidak mudah untuk mengerti keinginanku, memang tidak semudah membalikan telapak tangan untuk mengenal seseorang. Tapi yakinlah, dan temukan aku dalam malam kelam, hingga engkau temukan aku dengan utuh, oleh nuranimu, oleh ketulusanmu, oleh keikhlasanmu.

Perlu juga engkau pahami, tidak mudah bagiku untuk jatuh cinta, jika sudah cinta maka akan 'sulit bagiku' melupakannya.....

'kutelanjangi diriku di kelamnya malam bertabur bintang, agar engkau temukan diriku dengan utuh'


Kamis, 23 Februari 2012

'cinta segi tiga'
Kisah lama saat aku belia dan aku suka..., pengalaman yang tak hanya sekali aku menduakan, maka kini aku paham kenapa pasangan bisa mendua...., hemmmmm... ??

Banyak hal yang harus ditela'ah kenapa pasangan kita melirik pada yang lain, karena keinginan yang tak terpenuhi bagi pasangan, ada sisi yang kurang, ada sisi yang diharapkan namun tak ada padanya, lambat laun akan menyadari bahwa tak ada kesempurnaan pada diri manusia, kesadaran itu yang mampu membuatku total mencintaimu setelah itu...

Kisah ini nyata dan banyak yang terluka, maka aku pun terbiasa menikmati luka, karena aku percaya pada kehidupan yang suatu waktu aku akan mengalaminya jua, dan itu sudah kudapati, makanya aku tak murka saat aku diduakan..., kata orang-orang tua itu 'karma'....

Kini aku tersenyum sendirian, mengenang pristiwa lawas, mengenang kisah cinta yang 'menggoda', mengenang bayang-bayang berwajah 'luka', mengenang 'amarah' tertahan pada wajah-wajah kalian lelakiku. Setelah kufikir hidup ini memang indah, bersama dilemanya, bersama kisah-kisahnya, tertoreh menjadi sejarah dalam relung jiwa...

Terbayang ketika engkau menjemputku di bola sodok itu, sementara aku sedang bersama dia yang lain, terbayang saat engkau menghentikan mobil yang kutumpangi dan menuntunku turun, terbayang saat engkau masuk ke ruangan kantorku karena cemburu, semua itu hadir di pagi ini dikelopak mataku...
Willys stir kanan kesayanganmu menjadi saksi bisu percintaan kita, sawah-sawah menghampar menjadi saksi kala kita bersenda, air pancuran itu menjadi saksi saat kita merendam kaki, dan tebing kali terus berdiri menantang menunggu kehadiran kita untuk menghabiskan waktu senja saat aku pulang kerja...

indahnya cinta segi tiga, sekaligus menjadi guru terbaik buatku, karena kini kutahu 'sakit' diduakan....
'cinta'

Wahai sang pangeran kegelapan, pemilik malam bertemankan kelam, aku datang untuk memenuhi panggilanmu. Panggilan hati nurani untuk bertasbih menyebut namaNYA, dalam kesunyian, dalam keheningan, dipertengahan malam, saat yang lain tengah merenda mimpi, melukis angan dan memanjakan mata yang sudah lelah. Hadirku ditengah pekatnya selimut malammu, sebagai wujud sembah baktiku atas kecintaan padaMU.

Wahai sang pemilik lentara, lepaskan cahaya dalam cinta yang membuncah pada isi dunia. Tegur sapa kasih, belai mereka yang bermimpi, hingga jelang pagi. Keterpakuan tatapku akan sosokmu adalah bukti bahwa ada rasa yang tak bisa terlukiskan dari lubukku yang terdalam, tentangMu..., tentang apa yang menjadi dzatMU.

Selaksa peristiwa bersejarah telah terguris pada tinta emas, termaktub pada 114 Surat dan 6666 ayat, semua jelas digambarkan, semua jelas sebagai panutan didalam melakoni kehidupan keseharian. Ketika kehidupan bertujuan mengabdi padaMU, maka tak pantas aku mengingkari, maka tak layak aku tak mensyukuri, maka kubiarkan diriku bersimpuh padaMU dengan segenap jiwaku, pada pnggilanmu sehari semalam lima waktu.

Ketika ibadah yang diwajibkan olehMU merupakan suatu kebutuhan, maka keikhlasan telah tertanam, apabila hanya bisa menjalankan kewajibanmu saja itupun sudah merupakan suatu pengabdian jua, karena CINTA memang beraneka. Jauh dilubuk hatiku yang paling dalam, ada rasa salah yang teramat sangat, pada diriku yang penuh nista, pada kesucian yang tidak aku jaga, pada raga yang tak selamanya berbuat kebajikan. Tangan ini masih saja nakal, mata ini masih saja binal, mulut ini masih saja mengecap kenikmatan semata...

Lolongan srigala malam membuatku terhenyak, terperanjat sontak, nafasku berubah bergemuruh, mengejarMU , tetapi malah aku hanya merenung sendiri..., alfa selalu saja terjadi padaku yang tiada muda lagi. Debur ombak kembali terdengar, angin semilir kembali terasa oleh kulitku yang menua, ada jejak-jejak tersisa pada pasir disana, ada kata tertulis jelas yang mampu kubaca, bentangan luas terhampar pandangan..., tapi aku masih bersimpuh disini, tak jauh, diatas bebatuan, beralaskan daun lontar.., kembali kutengadah seraya kuberucap : Tuhan..., cinta adalah anugerah terindah bagi diri manusia, tetapi Tuhanku, cinta kepadaMU adalah motivasi hidupku..., amin.

Rabu, 22 Februari 2012

'jangan benci diriku'

tembang Vierra-Terbang, tengah aku nikmati, dipagi yang bermentari, pada hati yang gamang menemani, kutak akan berpaling darimu 'sahabat'... Dua dunia yang tak terjamah namun hati terpaut tanpa ikatan, terus bercumbu mesra, terus bersetubuh kalimat, tertuang makna hingga aku terjerat, engkau sahabatku yang menempati relung terdalam, tergoda aku akan kata katamu, melantun damai, laksana muara nan teduh oleh ketenangannya, diam pasrah dan damai, sejuk berada diantaranya...

masih, masih ada kicau burung dan kokok ayam didekatku, bagaimana denganmu sahabatku ?, semoga engkau dalam lindunganNYA. Sebagaimana aku disini merajut hari tanpa air mata, yang ada adalah senyum bahagia, karena ada mu dalam kehidupanku sahabatku...

kebersamaan kita telah lama kita jalin, hingga tentang cinta kita saling telanjangi diri, tak ada dinding penyekat yang memisahkan semua terbuka lebar, hingga tak ada sehelai benangpun yang menganggu keterbukaan kita. seiring waktu berjalan aku berada dipersimpangan yang membingungkan, membuatku merasa terjerat, bahkan terikat ketat, aku tak bisa berbuat banyak, karena nyatanya memang hatiku tertambat.

telah kita bahas, cinta adalah anugerah, cinta datang tanpa diundang dan tanpa direncanakan, karena cinta juga misteri, bahkan cinta tak ada habisnya sebelum kita menutup mata. seperti yang pernah aku katakan padamu, bahwa hatiku berlumur akan cinta, selalu dan selamanya..., tanpa sengaja sahabatku, mataku tertuju pada sosok lelaki yang menjadi teman dekatmu, tanpa sengaja pula hatiku mengeja kata 'cinta', sungguh tanpa sengaja..., binar itu lama aku pendam, lama aku sembunyikan, hingga akhirnya aku tak tahan, meledak dahsyat dan membuatku sekarat..., cinta ini terjalin dengan kuat, cinta ini terpatri oleh pahatan sang seniman, sampai-sampai aku melupakan rasamu sahabatku, aku terlena akan cinta dan baranya...

pagi ini, kesadaran itu menyentuh ubun-ubunku, menghentakkan hatiku, dan membelalakkan mataku, pada nyata dihadapan, sadarkan aku dari lamunan. ternyata sahabat aku telah melamunkan hal yang tak semestinya, maafkan aku yang telah selingkuh rasa, maafkan aku...

sahabatku, lilin ini adalah wujud diriku, tak akan aku merusak suasana hubungan kita, biarkan aku menjadi penerang kegelapan walau tubuhku terbakar....
'Keturunan Sunan Gunung Jati (Muhammad Syarif Hidayatullah)'

benarkah yang digembar gemborkan pamanku ?, Raden Andi Zakaria beraliansi name 'PIATU' ?, yang makamnya ada di Kp Kelapadua Tugu, Cimanggis Depok...
seakan tak percaya, tapi aku tak mampu membuktikannya, walau sering aku dengar Makam itu memang sering dikunjungi orang dari berbagai daerah.., andai itu benar, kenapa makamnya tak terawat rapih ?, hanya pamanku dan adikku yang sering membersihkannya...

aku hanya berfikir hanya kebetulan saja uyut kami bernama Piatu, ayah dari nenekda kami, yang menjadi pertanyaanku, kenapa makam itu sering dikunjungi orang-orang yang tak kami kenal, ohh dunia keanehan ini terjadi sudah begitu lama, hingga saat ini pun tak ada yang bisa membuktikannya...

ini hanya sebagai coretan kecil dariku yang awam, keingin tahuan dalam ketiada berdayaan, semoga saja tak mengganggu pihak manapun, karena aku tak mempunya niatan apapun selain mengeluarkan uneg uneg yang mengganjal, sementara sepupuhku yang mencoba mendalami itu akhirnya sedikit oleng, kuliahnya menjadi terbengkalai, dan kelakuannya pun menjadi tak normal, dan saat ini tak mampu berkomunikasi secara wajar...

Tuhan...., segala yang terjadi biarlah terjadi, apapun pendapat orang-orang luaran sana yang mengunjungi makam itu, biarlah..., yang terpenting kami hanya tahu kalau makam itu adalah makam uyut kami, terimalah amal ibadah beliau agar beliau tenang dalam pelukkanMU.

masih dimalam tanpa bulan kucoba tenang, agar tak terusik akan masalah ini, masalah yang semestinya tak ada, masalah yang hanya menurutku 'gunjingan' saja, karena kebenarannya akan itu jauh dari 'nyata'...

buat pamandaku, lupakanlah pemikiran-pemikiran yang tak patut kita pikirkan, karena nama boleh sama tetapi nyawa seseorang hanyalah satu, dan itu Allah yang tahu...

kamboja bali putih ini untukmu...

'surat buat kekasih'

Special for you
in the bad room...

dear honey...
Sepeninggalanmu aku merasa sunyi, aku merasa bersalah, sekaligus merasa berdosa. Tak sepantasnya aku berlaku kasar padamu, tak selayaknya aku menyakiti dirimu, itu terjadi karena ego dan emosiku, sejatinya kasih sayangku hanya untukmu..

Kekasihku, andai saja engkau pahami rasaku padamu, mungkin engkau tak akan lari tungang langgang hanya karena salah pengertian, namun aku menyadari dari kejadian ini, aku menyimak bahwa engkau memang bukan yang terbaik buatku, karena yang kubutuhkan seorang lelaki yang penih ke-bapak-an, yang selalu memaafkan 'anaknya'..., tak kutemukan didirimu kekasihku, sebagai orang yang pernah bersalah kali ini aku mohon maaf agar perjalanan cintaku kelak tak menemukan aral merintang, biarkan menjadi lancar...

Kekasihku, masih aku menyebutmu itu, karena dihatiku masih menyukaimu, masih menyayangimu, namun hanya sebatas itu karena aku tak bisa menjadi kekasih seperti yang engkau inginkan, aku ke-kanak-kanak-an...

Semoga engkau memaafkan diriku, atas semua yang kuperbuat kepadamu...

with true love,



Gading Retak

Selasa, 21 Februari 2012

'rindu'

debur itu, ingatkan aku padamu, jingga yang merona lantunkan aku akan wajahmu, ombak bergulungan bagai rasaku yang tak menentu, mengingatmu...
sang bayu menyapaku dengan lembut, namun engkau tiada pernah menyapaku lagi, seakan angin telah menyapu bersih tentang kisah ini, dan hatiku merintih, merindukanmu kembali...
jika aku tak pantas lagi untuk bercengkrama denganmu, biarlah kuhanya bercengkrama pada 'jingga', pada senja yang mendekati malam, agar kerinduanku terobati...
kutatap dikejauhan, nyiur melambai, pegunungan nan hijau, masih indah meski dari kejuhan, betapa bathinku makin merintih, melihat buih menepi, karena jika kutengok hatiku, rinduku tiada bertepi...
ingin kutitipkan pada angin akan kerinduan ini, agar sampai padamu, wahai lelakiku..., ingin kukatakan pada ombak bahwa aku ingin bercinta dengannya, ditepi pantai ini, diatas pasir dan buih..., ingin kubisikan pada mega, bahwa hatiku sedang gundah menanti dia, dia yang pernah ada dihati, meski sekejap..., akankah keinginanku juga menjadi keinginanmu, wahai lelakiku ?...
waktu terus berputar, kerinduanpun kian menggelegar, hari terus berganti, cintakupun tak pernah hadir lagi, tinggal sisa yang menempel dihati, tinggal puing yang yang terbang kian kemari, tinggal hamparan nan hambar pada padang kerinduan yang menjalar...
wahai engkau lelakiku, mungkin engkau tak tahu, kerinduan ini untukmu dan hanya untukmu, kesetiaanku tak akan pernah luntur, cinta suciku tak akan pernah hilang meski sekarang tinggal kenangan...
kesedihan demi kesedihan meniti hari sendirian terus bersautan, terus berputar, terus menghantuiku, hingga aku tak mampu lagi membuka hati pada yang lain, karena hatiku telah kupersembahkan untukmu...
sebagai perempuan dwipa aku tak pantas meminta kembali walau hati ini ingin berteriak lantang memanggilmu, walau bathin ini sepi tanpamu, walau jiwa ini merintih tanpamu, kubiarkan diriku terombang ambing ombak saat jingga muncul.....

'ibu'

pintu hati nan tulus, tiada berdebu, tiada tandus, selalu berlumur kasih
setiap hari engkau bangun pagi, engkau bagai matahari, selalu menyinari
langkahmu pasti, tak ada keraguan, selalu menggenggam, hangat
disudut matamu telah ada keriput, disela rambutmu sudah ada yang memutih
tapi wajahmu penuh ketegaran, penuh dengan senyum kasih sayang, penuh kesahajaan

kasih sayang yang engkau tanamkan dihati kami, tersimpan rapih
tanpa pamrih engkau habiskan waktumu untuk menyenangkan buah hatimu
tanpa lelah engkau tetap mengabdi pada ayah
sebuah cinta yang maha dahsyat telah engkau curah
engkaupun selalu berlaku manja
hingga kami tak pernah merasa sungkan untuk mengungkap rasa

sebagai seorang yang melahirkan kami, engkau merupakan sahabat sejati
engkau tiada pernah menutup hati tentang apapun
keterbukaan telah engkau teladankan pada kami
kebahagiaan telah engkau ajarkan begitu sempurna
hati merupakan mesin dalam tubuh, hati yang akan menjadi perisai diri
dan pada hatimu aku memulai kehidupan ini

sempurnamu sebagai perempuan ibuku sayang
melesat cepat bagaikan kapas putih, tiada beban
begitu engkau memandang kehidupan
lautan samudera engkau lewati dengan tenang
hamparan luas engkau lalui dengan bebas
kebersihan hati cerminkan diri, itu yang engkau titipkan pada kami

engkau bagai PERI dilautan samudera kehidupan...

'engkau'

sedikit engkau colek hariku, langsung aku bangkit
sedikit engkau sentil aku, langsung aku terpuruk
hanya dengan sejentik kata sayangmu
lautan asmaraku membuncah
begitu mudah aku termakan kata dan suasana
hingga akhirnya aku kecewa

sekelumit yang engkau tuangkan
seudang yang aku telan
sebait puisi yang engkau tuangkan
bagiku bagaikan bertubi tubi
kenapa rasaku harus begini ?
adakah kesalahan saat menciptakan ?

bolehkah aku memintamu tuk membawaku terbang ?
bolehkah aku bersujud dikakimu agar engkau membawaku pergi ?
kuingin menyerahkan diri padamu seutuhnya
tanpa ada yang lain lagi yang menggoda
kuingin ada bersamamu selalu wahai lelakiku

diatas lautan gelombang kehidupan aku berperan
dipangkuanmu nan penuh kasih sayang kuingin bergelimang
kasihku, cintaku kan kupersembahkan untukmu
bukalah dadamu lebar lebar untuk aku bersandar
bukalah pintu hatimu agar aku mampu merasuk kedalamnya

engkau lelaki yang bermata teduh
engkau lelaki yang berhati salju
engkau kudamba selalu
dalam malam-malamku....

'cintaku untukmu'

merenda kisah denganmu
senyumku untukmu
semua yang aku lakukan untukmu
dan hanya untukmu
tiada yang lain...

pada cinta, tak kenal usia
pada cinta, tak kenal tahta
pada cinta, segala kan menjadi bisa
dan cintaku hanya padamu
belahlah dadaku bila perlu

dalam anganku penuh tentangmu
dalam mimpiku menari dirimu
dalam diamku suaramu terdengar merdu
dirimu memenuhi relung hatiku
dirimu membuatku tersenyum sendiri

inilah cinta, datangnya tak bisa diduga
inilah cinta, indahnya tiada dua
alengka dan astina kuarungi demi menggapai cintaku
samudera dan himalaya kulewati tuk bisa disisimu
cintaku tangguh, cintaku utuh, untukmu...

'terkoyak'

sesama perempuan pastinya akan saling memahami
bagaimana dikhianati, bagaimana dicemo'oh, bagaimana diabaikan oleh kekasih hati
aku juga perempuan layaknya yang lain, haruskah aku kasar pada mereka yang telah beristri ?
sementara mereka sahabat-sahabatku, sementara mereka teman dekatku
andai engkau mengenalku secara nyata, pastinya engkau akan paham akan segala tindak tandukku, juga perkataanku
tahukah engkau, perempuan yang diseberang sana ?,  engkau telah membuat hatiku perih
ada air mata yang menetes dari kelopakku malam ini
ada coretan pedih menoreh hati
cermatilah tiap kata yang ada, tak ada niatku untuk menggoda
cermatilah segala kalimat yang tertuang, ada sayang sebagai kawan bukan sebagai 'lawan'
janganlah engkau terbakar hati, karena bara yang ada didalam dirimu adalah do'a yang engkau tuju
ketahuilah wahai perempuan diseberang sana, jika lelaki selalu dirundung 'prasangka'
esoknya ia akan melakukannya, aku tahu itu, karena sebegitu banyak sahabat lelakiku
dan aku mengenali 'lelaki' secara teliti...

malam kian larut, hatiku makin terparut
malam kian kelam, bayangan kehidupan kian menghujam
jika aku salah bersahabat dengan lelakimu, lalu mana yang benar ?

wahai sang angin sampaikan salam hangatku pada perempuan diseberang sana
sentuhlah dia dengan lembutmu, agar hatinya kian 'melembut'
wahai sang pekat yang memikat, dekap erat perempuan diseberang sana
agar hasrat murkanya sirna

malam menjadi milikku, kelam menjadi selimutku, terkoyak menjadi makananku....






'Pangeran'

Diluar kesadaranku, sejatinya engkaulah 'pangeran', karena engkau lahir dari rahimku, yang ayahandamu adalah putra dari sang raja. Raja yang berkelana dan menitipkan tahtanya pada adiknya, yang disebut sebagai 'raja titipan'. Awalnya aku tidak percaya, tetapi kenyataan telah membuktikan, disaat aku duduk di pelaminan bersama ayahandamu, kenapa aku bisa tahu, lapisan yang kupakai sebagai alas duduk berjumlah tujuh...
Anandaku, jika lapisan itu berjumlah tujuh, pertanda ayahandamu memiliki seorang kakak yang akan duduk dikala pelamin lapisannya berjumlah sembilan, sayangnya sang kakak belum mendapat jodoh saat itu, maka ayahandamulah yang berhak menjadi 'pangeran sesungguhnya', karena ayahandamu telah memiliki aku, ibundamu...

Ketahuilah anandaku, garis keturunan itu tiada putus, meskipun aku bukan lagi sang istri dari ayahandamu, karena biar bagaimanapun dirimu tetap darah daging dari ayahandamu, istri boleh menjadi 'bekas', tetapi anak tak ada 'bekasnya'...
Maafkanlah bunda jika sampai hari ini engkau tidak tahu itu, kelak ketika engkau dewasa, engkau akan paham 'siapa dirimu'. Suatu hari nanti ketika engkau mencari jati dirimu, mencari nenek moyangmu, mencari tanah kelahiran ayahandamu, akan engkau temukan 'rumah berukuran besar' yang semua terbuat dari kayu, "rumah adat" namanya. Hanya satu pesanku anandaku, semua terserah padamu, apa maumu, apa pula keinginanmu ?...
Aku sebagai seorang ibu, yang telah melahirkanmu, berkewajiban memberitahu ini, dan hanya sebatas memberitahu tujuanku.

Perlu juga bunda sampaikan padamu wahai putraku, menjadi yang sederhana tetapi kental akan 'pengetahuan' adalah kehidupan yang sebenarnya bunda inginkan darimu, dan jujur bunda katakan, 'sering sekali bunda menatapmu, kala engkau lelap'. Seorang pangeran sepertimu hidup bergelimangan kesulitan, karena bundamu tak mampu memberikan kehidupan yang layak buatmu. Janganlah engkau sesali bunda sayang, atas ketidak mampuan materi dalam menghidupimu, bunda telah berusaha, tapi beginilah adanya, bunda juga tidak menyalahkan ayahandamu yang tiada memberi nafkah pada kita, sejak tahun dua ribu...
Sabarlah putraku, bunda yakin kelak engkau akan paham akan makna sebuah kehidupan...

selamat malam pangeranku... I Love You More Than You Know...

nb: Kelapadua, 21 Februari 2012,
untukmu putraku, "Boy Herland Novando".

Senin, 20 Februari 2012

'telaga'

air nan jernih, hijau mengelilingi, damai seputar
tak ada bangkai, tak ada kotoran, semua tertata rapih
pantas jika banyak peminat untuk mendatangi
keteduhan diseputarmu sungguh mendamaikan
tenangnya air mu menyejukkan kalbu

saat pagi seperti ini embun masih tersisa
jilatan mentari masih belum mampu mengalahkan keberadaanmu
wahai sang embun pagi
dedaunan rimbun, hijau hamparan, sedikit temaram oleh sinar mentari pagi
udara terhirup merdeka, lapangkan dada

tak ayal lagi aku laksana bermimpi
kutengok sepuluh meter tempatku berdiri masih ada insan pejalan kaki
renta tiada muda lagi
barang kali mereka akan menemukan isnfirasi berada diseputarmu
wahai telaga nan damai
menemukan keceriaan dan kebugaran dalam jiwa bagi mereka yang telah renta
atau mungkin bagi yang masih muda kan merasa makin perkasa
sejatinya lingkungan sangat-sangat mempengaruhi perangai manusia
dan ini nyata dihadapan

wahai telagaku nan sejuk
jangan engkau murka dengan menyusutkan air jernihmu
tetaplah berada diposisimu sekarang
karena kedepan, aku tahu polusi kian meninggi
kendaraan kian mengotori
manipulasi kian mendekati
kuingin tetap berada dalam 'rangkulmu' wahai telagaku

'tangis'

bukan karena kepergianmu tangis itu berderai
tetepi tangis itu mengalir karena takjubku padanya
pada darah dagingmu yang begitu penyayang
sungguh terharu aku melihat kenyataan yang ada
ketabahan, tanggung jawab, kepedulian, semua ia miliki
begitu sempurna kepribadian yang ada padanya
aku salut, aku merasa tak ada arti dihadapan sepupuhku sendiri...

berselang dua bulan kemudian, tragedi terjadi lagi
kembali aku dipertontonkan pada hal yang menakjubkan
seorang cucumu begitu perasa, begitu penuh dengan 'kasih'
kembali tangisku hadir, tersadar bahwa aku masih tetap tak memiliki makna
kutatap wajah cucumu dalam-dalam, kupeluk erat, sambil linanganku tak henti
jujur aku katakan, julukan yang patut kuberikan padamu
'engkaulah penetas bibit unggul'...

peristiwa itu membangunkan tekadku
peristiwa itu pula yang akhirnya mampu menyimak
bahwa didalam jiwa yang rapuh masih ada bibit-bibit unggul
bahwa dalam kesengsaraan masih banyak kebahagiaan
bahwa dalam kesendirian masih bisa mengedepankan kasih sayang
aku belajar dari peristiwamu
dan memang benar pengalaman adalah guru besar
meski bukan pengalaman diri sendiri
inlah pentingnya berbagi, inilah pentingnya saling terbuka
dan inilah penting kita hidup dalam kebersamaan...

'semoga damaimu dalam pangkuanNYA'


'DAUN RIMBUN'

satu kegemaranku, satu kesukaanku adalah pada pepohonan yang menghijau
pada rumput dihamparan luas, pada ilalang nan bebas
pada pucuk pucuk pinus yang menjulang
hemmm betapa indahnya hijau pegunungan
udara segar, mampu mereleksasi diri
bukan kutak suka pada bebungaan, melainkan pepohonan nan hijau lebih memukau
inilah selera, inilah cita rasa, dan inilah kesukaan

tiba tiba hujan datang perlahan, diawali rintik, lalu melebat
tanpa geludug, tanpa aba aba gelap
sejenak kutertegun, tapi akhirnya aku biasa saja, karena kutahu hujanpun karunia

ketika bingar berada di kota, aku gelisah
ketika lalu lalang kendaraan memekakkan telinga, aku meronta
ingin berlari ketempat yang sunyi
ingin sembunyi diantara dahan nan tinggi

tiba tiba kesalku datang, karena dahan patah dan menimpa sepeda
dahan itu begitu lebat, membuat dahan tak kuat, karena berat
aku berlari menghindari, namun semakin kuberlari, kudapati rerimbunan disana sini
akhirnya aku tak bisa kemana mana, karena nyaman kurasa...

Minggu, 19 Februari 2012


'aku tak ingin cengeng'

masih terbayang jelas kisa usang di tepi pantai
masih terngiang ditelinga debur ombak menerpa
buih menggulung ke tepian pantai
begitu indah panorama itu
begitu mempesona saat aku menatapnya
kuasaMU memang Maha dahsyat

ditengah perswahan kita mulai asik menikmati hidangan
engkau menyajikannya untukku
engkau memang lelaki hebat
masakanmu sungguh nikmat aku rasakan
dan akhirnya aku pun belajar banyak dari dirimu

betapa kelakuanku selalu mencemaskanmu
maklumlah saat itu aku masih perkasa
apa yang aku mau harus terturuti
aku mengecewakanmu, sekaligus aku teramat menyukaimu
tapi sayang, aku harus menghilang

bila aku ingat dirimu saat ini, ada perih dihati, ada gamang bertandang
kuteringat akan salahku, kuteringat akan tindakanku yang 'menduakanmu'

wahai engkau yang pernah singgah dihatiku, bagaimana kabarmu ?
pernah kulayangan secarik faximile padamu, tapi temanmu yang menerimanya dan membacanya
setelah itu tak ingin lagi aku mengontakmu
karena darinya kudapati engkau telah berdua dengan sekretarismu yang dulu
kuhanya mengurut dadaku, tapi kutak ingin menangis
kuhanya terdiam sejenak, tapi tak ingin hanyut dalam kesedihan
semua salahku dan tetap akan menjadi penyesalanku.

kini kusendiri menikmati lautan dari kejauhan...

nb: how is Humburg now ?

'melawan meski tertawan'

Elegi pagi dengan irama burung berkicau dan ayam berkokok,
bangunkan aku dari tidur, bangkitkan aku dari rasa malas,
ciptaanMU yang sempurna harus kalah dengan yang lain ?,
aahh tidak !, bathinku berteriak...
bergegas aku turun dari ranjang tua, setua usia ayahandaku,
kucuci muka dan ganti segala, lalu duduk manis menikmati hidangan kopi,
sang buah hatipun satu persatu meninggalkanku 'menuntut ilmu'.

Tangis balita tetangga membuatku melambungkan angan,
ada rindu ingin bercengrama,
ada cerita yang tak lagi bisa kujamah,
ada angsa pula yang mulai memekikkan suara,
aku tergoda untuk menguak jendela lebih lebar,
menatap keluar,
menghirup udara segar,
meneguk kopi yang masih hangat dan kukepulkan asap rokokku,
semerbak bebungaan hinggap dihidungku,
kulayangkan senyumku pada alam nan bebas,
kulepaskan kepenatan yang mengganjal.

Anganku berlari,
bayanganku melesat lintasi bumi,
walau aku masih terpaku disini...

Menyibak hari,
menyatukan diri, walau dada perih, karena kedukaan kian menindih,
kucoba terus menerjang kehidupan, perlahan tapi pasti,
demi sebuah tanggung jawab pada buah hati,
sendiri meniti hari, melawan arus kehidupan,
demi sebuah perjuangan pada kehidupan...






'tetap tersenyum meski sulit menghimpit'

masih basah bumi pertiwi ini oleh guyuran hujan
belum mengering tanah pemakaman dilakukan
masih terlihat sembab kelopak mata
tiba-tiba saja engkau hadir tanpa salah
meminta dengan paksa akan sebuah bukti ketiada beradaannya
untuk dirimu, untuk kepentinganmu, untuk duniamu...

kemana saja engkau selama ini ?
dimana tanggung jawabmu sebagai lelaki ?
engkau tinggalkan anak istri, lalu kawin lagi hingga tiga kali
sungguh aku tiada perduli
sungguh aku benci
walau bukan diriku yang mengalami...

telah engkau tinggalkan mereka sejak lama
telah engkau lepaskan tanggung jawab sebagai seorang ayah
saat surat kematian membuahkan rupiah
engkau datang dihadapanku
engkau meminta tanpa malu
engkau mengajukan ke komandanmu atas santunan duka
sementara kami sebagai keluarga tak pernah memperdulikannya...

kendatipun demikian, aku tiada menghalangi, terserah padamu
wahai engkau yang pernah menjadi pamanku...

kejadian itu membuat bathinku terenyuh
kejadian itu iba ku hadir pada sepupuh-sepupuhku
kejadian itu kan kujadikan cermin bahwa rupiah adalah NOTHINGS
cinta kasih lebih penting

kutengok langit semakin kelam, kududuk dijendela sambil senyum saja
karena aku percaya Sang Maha akan memberikan anugerah...

'terselip dihati'

ada yang tak bisa kusampaikan lewat ucap, sayang...
getar dinadiku kian menjadi, kala kutahu engkau selingkuh
bagai disambar petir rasa ini, tak kuasa kusembunyi...
meledak, dahsyat...
ingin rasanya aku mencabik,
ingin rasanya aku teriak,
tapi apa arti semua itu ?
tak akan menyelesaikan permasalahan, biarlah kudiam...

tapi kini,
setelah rasa itu reda, aku ingin bercerita,
tanpa emosi, tanpa caci maki,
namun tiada dendam dihati.

pernahkah engkau melihat meja kaca pecah ?
pernah pulakah engkau merasakan alas tidur basah ?
itu aku yang melakukannya
karena aku tak mampu bicara
benda menjadi korbannya...

ketahuilah wahai lelakiku,
ketika seseorang tak mampu mengungkapkan apa yang ada dihati,
itu pertanda 'tertekan bathin'.
tetapi apabila seseorang mampu mengungkapkan dengan gamblang,
maka ringan jiwa didapatkan.
terkadang kebenaran memang menyakitkan
namun lebih menyakitkan manakala manis ternyata 'beracun'
wahai lelakiku, kini terserah padamu
mau diapakan hubungan kita ?
aku sudah pasrah...

hari ini aku tersenyum
telah mampu mengutarakannya meski lewat cerita...

Sabtu, 18 Februari 2012

"Cerminan"

hampir semua orang mengatakan, perempuan laksana bunga
segar dipandang, layu dibuang...
sebagian orang juga mengatakan, wajah cantik bagai bulan
bersinar menerangi kegelapan...
terlahir sebagai perempuan dan menjalankan fitrah sebagai perempuan
melahirkan, dan membesarkan buah hati...
meski sendiri, meski tiada yang mendampingi, perjalanan tepa diarungi
berat memang, namun mau apalagi...

hidup adalah sebuah pilihan
susah senang bukan hambatan
terus maju pantang menyerah
niscaya bahagia akan datang jua...

bukan dari sisi materi kebahagiaan dicari
bukan harta yang melimpah kesejukan jiwa tercipta
hati yang tulus tanpa akal bulus
yang akan menghadirkan pelita kehidupan...

ketika secawan kopi telah dihidangkan, suka maupun tidak
tetap wajib diminum sebagai tamu kehormatan
riak gelombang kehidupan tak mungkin kita lewati tanpa 'catatan memories'
semua kan indah pada waktunya 'begitu kata sang pujangga'...

maskulinisme pada jiwa perempuan terkadang 'menyebalkan'
karena antara hati dan ego berseliwiran
barangkali hal ini yang membuat perempuan maskulin penuh dengan cobaan
dan bunga dijambangan telah layu hingga terbuang
mentalitas yang patut dihargai bagi pemilik diri
lika liku kan selalu menghampiri...

'sang bunga perlambang perempuan, perempuan berwatak bagaimanapun itu'

"Terlelap"

Selaksa peristiwa tergambar jelas pada wajah nan lusuh,
Kemiskinan yang melekat hingga bibir tak bergincu,
Lelap tanpa bantal dan guling, pada sebuah kamar sederhana,
Entah atapnya bolong atau tidak, tapi mimpi telah membawanya,

Tak ayal lagi, cibiran datang bertubi,
Karena faktor ekonomi,
Tak diragukan lagi kenestapaan kian merajah,
Bilur-bilur luka kian membuncah,
Laksana gelombang samudera, itulah yang selalu menerpa,
Walau terkadang landai, namun gemuruh tetap hadir jua,
Hempaskan tubuh pada karang terjal dan menyakitkan,

Sungguh malang nasib sang perempuan paruh baya ini,
Mengeja mimpi tak bertepi,
Bertemankan dingin tiada selimut menutupi,
Pada titik kesadaran pulihkan kenangan,
Sejatinya kehidupan hanya 'lakon' yang harus diperankan,
Tuhan jua yang membentangkan kehidupan ini pada makhluk ciptaanNYA,

Lelapku hanya berselimutkan ketiada berdayaan...

'Surat buat Kekasih'

kekasih,
aku tidak bisa berucap banyak,
aku juga tidak ingin melupakan peristiwa tentang kita,
jauh direlungku, masih ada dirimu, utuh...

kekasih,
karena sebuah khilaf,
karena sebuah perbedaan pendapat,
lalu engkau terbang meninggalkanku,
jujur, aku tiada menyalahkanmu,
karena aku tahu tak selayaknya aku begitu,
aku juga tidak menyesal dari apa yang terjadi,
karena kupahami semua ini kehendak Illahi...

kekasih,
perjalanan panjang telah aku lewati dalam kesendirian,
kucoba kuatkan diri demi si buah hati,
kucoba bertahan demi sebuah tanggung jawab,
salah yang kubuat, langkahku yang tersesat,
bukanlah pilihanku yang sesungguhnya,
namun semua adalah 'nyata' yang tak bisa kutolak...

kekasih,
sedalam apapun cintaku padamu, tak akan aku utarakan,
seperih apapun perjalanan hidupku biarlah aku telan,
jika tak ada aral melintang dalam kehidupan ini, manalah mungkin ?,
Tuhan memberi apapun pada hambaNYA, karena DIA tahu,
hambaNYA itu mampu memikulnya...

kekasih,
saat kutulis surat ini, gerimis dipagi hari, menemani.
dingin menusuk dari pori-pori, bangkitkan birahi.
kuhanya mampu tatap langit-langit kamar, tanpa mampu 'melepas'.
kenyataan yang kureguk tak seindah khayalku.

salam manisku untukmu dibalik bilur lukaku...

Jumat, 17 Februari 2012


Merajuk...
kini engkau merajuk padaku
setelah engkau singgahi beberapa pelabuhan
tetapi sayang, aku yang pernah engkau buang
aku yang pernah engkau tinggalkan
sudah memiliki ketenangan.

Saat engkau merajuk, sayang
senyumku manis mengembang
bukankah sudah engkau pahami
bahwa apa yang kita lakukan akan menemukan balasan ?
aku memang tiada mampu berbuat apa-apa
tapi Sang Maha tiada pernah tidur
IA selalu menjaga hambaNYA yang 'kalah'.

Bagaimana rasamu kini sayang ?
memang tiada benci dihatiku akan dirimu
hanya saja kukunci semua celah yang ada
agar aku tak lagi tergoda padamu
wahai engkau yang pernah mengisi hatiku.

Rajukkan hanya tinggal rajukkan sayang
ilalang sudah indah dipandanganku
kutak butuh lagi bunga bunga merekah
ilalang sudah menjadi hiasan buatku
kutak suka lagi akan kemewahan mewarna
biarkan aku begini sayang
Tuhan telah membuatku 'tenang'.

Tak mampu kusembunyikan rasaku, sungguh..
seiring waktu berlalu, gundah tetap merjahku..
tak ada yang bisa aku lakukan selain merenung dan merenung..
Kutitip rindu
telah kusuruh abu nawas bersama sri kunti membawa sepucuk surat untukmu,
dengan perahu sri kunti bergegas menuju wilayahmu, sedangkan sang abu nawas hanya duduk membisu,
didalam sepucuk surat itu, kuselipkan getar hatiku, kutorehkan rasa cintaku padamu,
tak ingin aku sembunyikan semua yang aku rasakan, karena kuingin engkau mengetahuinya,
sepucuk surat bersampul biru telah aku layangkan untukmu,
sepucuk surat cintaku, tengah dihantarkan kedua kerabatku,
abu nawas dan sri kunti, 
terima kasih atas baktimu padaku,
jangan lupa bilang pada 'kekasihku' untuk tidak melupakan 'AKU'