Total Tayangan Halaman

Selasa, 21 Februari 2012


'Pangeran'

Diluar kesadaranku, sejatinya engkaulah 'pangeran', karena engkau lahir dari rahimku, yang ayahandamu adalah putra dari sang raja. Raja yang berkelana dan menitipkan tahtanya pada adiknya, yang disebut sebagai 'raja titipan'. Awalnya aku tidak percaya, tetapi kenyataan telah membuktikan, disaat aku duduk di pelaminan bersama ayahandamu, kenapa aku bisa tahu, lapisan yang kupakai sebagai alas duduk berjumlah tujuh...
Anandaku, jika lapisan itu berjumlah tujuh, pertanda ayahandamu memiliki seorang kakak yang akan duduk dikala pelamin lapisannya berjumlah sembilan, sayangnya sang kakak belum mendapat jodoh saat itu, maka ayahandamulah yang berhak menjadi 'pangeran sesungguhnya', karena ayahandamu telah memiliki aku, ibundamu...

Ketahuilah anandaku, garis keturunan itu tiada putus, meskipun aku bukan lagi sang istri dari ayahandamu, karena biar bagaimanapun dirimu tetap darah daging dari ayahandamu, istri boleh menjadi 'bekas', tetapi anak tak ada 'bekasnya'...
Maafkanlah bunda jika sampai hari ini engkau tidak tahu itu, kelak ketika engkau dewasa, engkau akan paham 'siapa dirimu'. Suatu hari nanti ketika engkau mencari jati dirimu, mencari nenek moyangmu, mencari tanah kelahiran ayahandamu, akan engkau temukan 'rumah berukuran besar' yang semua terbuat dari kayu, "rumah adat" namanya. Hanya satu pesanku anandaku, semua terserah padamu, apa maumu, apa pula keinginanmu ?...
Aku sebagai seorang ibu, yang telah melahirkanmu, berkewajiban memberitahu ini, dan hanya sebatas memberitahu tujuanku.

Perlu juga bunda sampaikan padamu wahai putraku, menjadi yang sederhana tetapi kental akan 'pengetahuan' adalah kehidupan yang sebenarnya bunda inginkan darimu, dan jujur bunda katakan, 'sering sekali bunda menatapmu, kala engkau lelap'. Seorang pangeran sepertimu hidup bergelimangan kesulitan, karena bundamu tak mampu memberikan kehidupan yang layak buatmu. Janganlah engkau sesali bunda sayang, atas ketidak mampuan materi dalam menghidupimu, bunda telah berusaha, tapi beginilah adanya, bunda juga tidak menyalahkan ayahandamu yang tiada memberi nafkah pada kita, sejak tahun dua ribu...
Sabarlah putraku, bunda yakin kelak engkau akan paham akan makna sebuah kehidupan...

selamat malam pangeranku... I Love You More Than You Know...

nb: Kelapadua, 21 Februari 2012,
untukmu putraku, "Boy Herland Novando".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar